Dari segala aspek kehidupan menjadi warga Negara Indonesia, siapa pun
Pemimpinnya dari tahun ke tahun kurang adanya perubahan yang signifikan
untuk menjadikan hidup kami sebagai anak-anak generasi penerus bangsa
menjadi lebih baik, lebih sejahtera, lebih adil, lebih terlindungi oleh
Negara ini, bahkan kami sebagai anak bangsa yang sangat berbakti justru
mendapatkan banyak sekali kesulitan. Padahal kami patuh, taat dan
menjadikan pancasila dan UUD 1945 menjadi dasar panutan dan pedoman
dalam hidup kami.
Suara kami,
tanggung jawab kami sangat menentukan jalan masa depan bangsa ini untuk
menjadikannya Negara maju dengan sumber daya manusia yang baik dan
sehat. Menjadi Negara berkembang saat ini tapi kesejahteraan yang kami
dapatkan justru di bawah standard kehidupan yang baik dan layak.
Nah,
lihatlah dampak dari segala aspek berikut ini yang dapat saya rampung
untuk anak-anak bangsa dan generasi sang penerus kemajuan negeri ini.
Kini sungguh sangat memprihatinkan dan membuat hati kami ingin melakukan
berbagai hal tapi apa daya tangan tak sampai untuk melakukannya, ada
saja rintangan dan penghalang yang menghentikan langkah kami.
Pendidikan
Untuk para
Pemimpin yang katanya kompeten dan berwibawa, maka dengarkan suara kami
ini…”Lebih mengutamakan lulusan sarjana seperti kami, kami ini mau jadi
apa?? Lapangan pekerjaan saat ini sangat minim, sudah itu berbagai
instansi / lembaga selalu menolak lamaran kami secara terang-terangan.
Dengan berbagai alasan. Dengan segala persyaratan khusus jika kami
melihat lowongan pekerjaan yang ada dimana-mana. Seperti : harus
berpenampilan menarik (emang penampilan kami ini yang akan bekerja
menghasilkan dan menentukan hasil kinerja kami nantinya??). Saya pikir,
kami akan berpenampilan dengan layak di depan semua orang. Dan kami pun
tahu batas dan kewajaran dalam berpakaian pula. Lalu sebagian bidang
juga membutuhkan ukuran tinggi badan (emang kalau tubuh kami pendek,
kami tidak bisa bekerja maksimal??). Jadi kami yang terlahir dengan
tubuh yang mungil, kami dianggap tidak bisa dan layak bekerja dengan
baik. Saya pikir hasil kinerja seseorang tidak berpengaruhi dan tidak
akan terpengaruhi dengan hal-hal sepele dan itu bukan menjadi pokok
penentuan seseorang agar mendapatkan pengecualian, tapi isi kepala ini
yang menentukan, isi otak yang dapat berpikir dan bekerja dengan anggota
tubuh yang sehat. Baru bisa dikatakan sesuai dengan potensi untuk
mendapatkan pekerjaan, bukan??
Lalu, biaya
pendidikan yang semakin hari semakin melambung tinggi dengan begitu
kinerja para pengajar pun hanya berburu upah semata, tanpa melakukan
tugasnya dengan baik. Biaya pendidikan yang semakin tinggi, menjadikan
anak-anak bangsa ini jadi terlantar kemudian putus sekolah karena orang
tua mereka tak mampu membiayai pendidikannya, jangankan sampai perguruan
tinggi Sekolah Menengah Pertama pun sangat banyak yang putus, itu yang
terjadi di kalangan warga Indonesia yang hidupnya menengah ke bawah,
jangankan untuk biaya pendidikan, untuk membeli kebutuhan pokok pun tak
mencukupi sehari-hari. Dengan kepadatan penduduk hingga kini menjadikan
kami kesulitan mendapatkan apa yang seharusnya kami dapatkan untuk
pendidikan. Pendidikan sejak lahir pun itu gratis untuk kita dari sang
ibu, merawat kita pun tanpa pamrih. Setelah kita remaja sampai dewasa
kita dituntut oleh Negara untuk mendapatkan pendidikan. Seperti
isi dari UUD 1945 “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan
yang layak….” Nah, lho gimana Negara menjamin memberikan kita pendidikan
kalau orang tua tak mampu membiayai pendidikan kita. Dan seharusnya dan
sudah selayaknya “Pendidikan Di Indonesia itu Harus Gratis Tanpa Pungutan Biaya Sepersen Pun.”
Meskipun ada
juga warga miskin seperti kami ini, karena orang tua kami mati-matian
mendorong kami dan membiayai pendidikan kami sampai ke jenjang yang
paling tinggi. Dengan harapan orang tua akan layak menjadi layak ketika
anak-anaknya lulus lalu mendapatkan pekerjaan untuk membiayai kembali
hidup kepada orang tua kami. Tapi, apa daya setiap tahunnya bangsa ini
menghasilkan ribuan lulusan-lulusan sarjana namun hanya akan kembali
seperti tak berpendidikan lagi. Kami hanya layak sebagai sampah
pengangguran, dan cemohan para orang tua kami yang sudah mati-matian
membiayai pendidikan kami, tapi hati mereka terpaksa di lapangkan ketika
melihat anaknya hanya berdiam diri di rumah hanya makan dan tidur yang
bisa kami lakukan. Seperti perbandingan 100 : 50. Misalkan tahun 2014
lulusan sarjana seluruh Indonesia 50.000 orang terus lapangan pekerjaan
yang tersedia hanya 10.000 saja. Otomatis yang 40.000_nya akan menjadi
pengangguran, bukan?
Kami memang
layak menjadi seperti itu, toh Negara kita ini para pemimpin kita serta
para jajarannya hanya melihat ke atas terus, tanpa memikirkan nasib kami
yang di bawah. Peluang untuk lowongan pekerjaan 10.000 itu, kami pun
harus berjuang mati-matian memperebutkan posisi yang ditawarkan itu.
Sekali kami melangkah kami hanya putus asa, walaupun kami berjuang
melalui tenaga dan pikiran. Tapi, kami tetap gagal. Hanya orang-orang
kalangan menengah ataslah yang layak dan pantas mendapatkannya namun
dengan cara tak halal.
Patut saya
mengatakannya seperti itu. Kenapa?? Karena yang berduit lah yang maju
duluan, dengan sogokan-sogokan yang ada, campur tangan yang ada di dalam
pihak-pihak terkait yang bermain tangan. Justru mereka-mereka yang gak
pantas dan gak berpotensi justru itu yang bisa mendapatkan kesempatan
karena memiliki segalanya untuk menyuap para instansi terkait. Lalu
kami, yang berhati mulia, jujur dan dapat bertanggung jawab, justru
harus membalikkan badan melihat mereka-mereka yang sangat serakah itu,
serakah akan jabatan.
Lalu kami
harus pasrah menerima kenyataan pahit, putus asa dan harus menjadikan
orang tua kami terus berharap dan berharap agar kami bisa menghidupi
kembali keluarga kami kelak.
Jangan hanya
para pejabat yang hanya bisa membeli ijazah sarjana tanpa melalui
bangku perkuliahan secara langsung dengan tujuan untuk mendapatkan
persyaratan pengangkatan pangkat dan jabatan yang lebih tinggi, padahal
mereka tidak bisa professional dalam bekerja. Padahal kami lebih
berpotensi dan bisa bertanggung jawab meskipun kami hanya orang miskin
namun hanya miskin harta, tapi hati kami kaya, tau mana yang baik dan
mana yang buruk. Karena kami ini sudah melalui berbagai pendidikan, baik
pendidikan dari orang tua sejak lahir maupun pendidikan formal.
Lalu generasi kami selanjutnya, orang tua kami lalu mengubah pikiran mereka seperti ini “Kamu
tidak usah sekolah tinggi-tinggi karena kamu tidak akan mendapatkan
pekerjaan menjadi pegawai atau pejabat tanpa uang sogokan. Kamu hanya
menghabiskan uang orang tua saja.
Politik dan Pemerintahan
Pesta
demokrasi telah dilaksanakan, untuk memilih pemimpin untuk mengabdikan
tanah air tercinta ini. Calon Presiden dan wakil Presiden. Selamat yang
sudah terpilih. Semoga menjadi yang paling terbaik dari yang terbaik.
Setelah beberapa bulan yang lalu juga pelaksanaan pemilihan para
wakil-wakil rakyat untuk menyampaikan segala keluh kesah seluruh warga
Indonesia. Calon legislatif. Menjadi pesohor dan panutan dengan segala
janji-janji yang lebih lantang diucapkan hanya dengan lisan.
Pembuktianlah yang kami butuhkan, bukan hanya sekedar teori yang
mengaung dimana-mana.
Kiranya kami
ikut memilih atau memilih golput juga tidak akan mengubah nasib bangsa
ini, kami tak tau karakter dan kepribadian para calon pemimpin kita,
bagaimana kita akan memilih. Toh dimana-mana pemberitaan mereka saling
mengadukan dombakan kejelekan-kejelekan mereka. Kalau orang mengatakan
pilihlah sesuai hati nurani. Saya sangat tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Kenapa? Karena kita tidak bisa hanya berteori saja, menjadi
sok tahu yang mungkin akan terjadi tapi belum tentu terjadi. Ketika
intuisi sudah menjadi panduan yang kita percaya, maka apapun yang perlu
kita pilih dan kita putuskan, benar-benar dirasakan sepenuhnya pada
momen tersebut ketika sedang terjadi secara nyata. Artinya tidak tahu
siapa yang akan kita pilih. Seandainya kita benar-benar ada di hadapan
beliau, barulah kita bisa merasakan, mendengarkan hati kita, dan memilih
siapa yang paling tepat menjadi sosok pemimpin yang bersih dan
bertanggung jawab.
Hanya 2
pasangan Capres dan Cawapres, namun kini menimbulkan pro dan kontra,
kekacauan, perselisihan, perjudian untuk berselisih dan bersaing secara
tidak sehat. Kedua pihak saling menjatuhkan sama lain. Sungguh ironis,
memalukan dan sangat memprihatinkan. Bangsa ini penuh dengan serekahan
dan menuntut adil tapi tak senonoh. Memilih tapi saling menjatuhkan.
Kalah dari yang menang menuntut balas dendam, yang menang menjadi angkuh
dan berusaha juga saling menjelekkan. Para pengikut dan pendukungnya
pula saling serang perkataan dan tingkah laku yang sangat kurang
beretika dan bermoral. Ingat Negara kita kaya dengan budaya dan tata
krama yang baik. Namun tak ada lagi artinya.
Jika yang
terpilih menjadi terhormat tentu memikul segala janji-janji, visi dan
misi harus terlaksana sesuai pernyataannya. Namun hanya sebagian
Indonesia yang bisa menikmatinya, ini sungguh tidak berlaku adil. Negara
ini adalah Negara yang sangat luas, tentu berbagai upaya yang bisa
dilakukan oleh para wakil-wakil rakyat udah menduduki jabatan dan
berwenang tentu kalian sudah menentukan suara kami para anak-anak bangsa
ini. Jangan hanya duduk diam tak melakukan apa-apa untuk bangsa, hanya
menginginkan upah imbalan di balik meja kerja kalian.
Kesehatan
Saya sangat
terkejut ketika melihat pemberitaan di media massa, seorang pasien
terlantarkan. Seorang kakek sudah lama di rawat di rumah sakit, namun
ada oknum tenaga medis yang sengaja membuang kakek tersebut di jalanan
lalu meninggalkannya. Seorang pasien ibu hamil yang akan melahirkan,
dikeluarkan dari rumah sakit, lalu ibu tersebut terpaksa melahirkan di
halaman rumah sakit. Seorang pasien terkena kanker dan harus doperasi
namun semua rumah sakit menolaknya. Kenapa semua itu bisa terjadi. Tentu
hanya satu alasan adalah terhalang biaya rumah sakit yang mereka tak
mampu untuk membayarnya. Saudara-saudara kita yang tertimpah musibah
seperti itu, apakah kita akan menambahkan rasa sakitnya mereka hanya
karena persoalan uang dan uang? Dimana hati nurani kita, dimana belas
kasih kita kepada orang-orang tak berdaya itu? Seharusnya segenap tangan
kita membantu meringankan penderitaan dan penyakit mereka, tapi justru
pihak-pihak rumah sakit menolak dan membuang mereka seperti sampah.
Peran dokter, perawat dan tenaga medis lainnya, sudah memiliki etika
dalam menjalankan profesi mereka. Sudah tak ada jiwa-jiwa pengorbanan
diantara mereka. Hanya berburu dolar (upah), tak ada uang tak akan
pernah bekerja. Itulah prinsip hidup manusia jaman sekarang dibanding
orang-orang terdahulu yang rela berjuang, berkorban tanpa pamrih. Saya
tau, bekerja untuk menghidupi mereka juga dan keluarga mereka, tentu
mereka harus bekerja secara profesional sesuai sumpah dan janji dalam
menjalankan profesinya, agar kedua pihak tak ada yang dirugikan. Sudah
seharusnya mereka diberi jaminan sosial dan kesehatan bagi kami yang
memang kurang mampu, dimana kesehatan adalah poin utama dalam melakukan
segala hal, demi untuk memajukan bangsa ini. Justru saya tidak heran,
mengapa orang-orang mampu dalam finansial jika sakit mereka memilih lari
ke luar negeri untuk berobat? Nah kejadian seperti itu kita bisa
langsung tau, rumah sakit-rumah sakit di seluruh Indonesia yang terlalu
banyak itu namun sebagian tak ada yang beroperasi dengan baik.
Dibandingkan rumah sakit di luar negeri memang lebih terjamin dan lebih
canggih. Itulah yang membuat mereka yakin untuk bisa sembuh. Disamping
pelayanan, pengobatan dan keamanan lebih menjamin mereka. Mereka bekerja
secara professional tanpa melewati kesalahan-kesalahan fatal yang
mugkin bisa terjadi. Tidak seperti di Indonesia biayanya sangat mahal
terkadang justru tambah sakit setelah berobat dan dirujuk lagi ke
berbagai rumah sakit lainnya. Ini membuktikan bahwa mereka tidak
beroperasi dengan baik. Sudah memiliki berbagai peralatan medis namun
tidak digunakan sebagaimana mestinya. Terkadang terjadi malpraktek,
seperti kejadian beberapa tahun yang lalu. Seorang ibu, yang dituntut
rumah sakit karena pencemaran nama baik rumah sakit tersebut.
Seharusnyalah rumah sakitlah yang dituntut karena terjadinya malpraktek
yang dilakukan salah satu dokter pada saat ibu tersebut menjadi pasien
rumah sakit itu. Dia berobat untuk sembuh tapi justru sakit yang telah
diderita olehnya justru menjadi parah. Ini sebenarnya bukan pencemaran
nama baik rumah sakit, tapi ungkapan rasa ketidakpuasan pasien, rasa
tidak terima dan berusaha menyampaikan kritik agar para medis di rumah
sakit tersebut melakukan pekerjaannya dengan baik.
Dan beberapa
bulan yang lalu, terjadi demo dan mogok kerja oleh para dokter-dokter
itu. Yang katanya mendukung salah satu dokter yang di tuntut pengadilan
karena perbuatannya melakukan malpraktek. Nah, para dokter tau letak
kesalahannya, tapi kenapa justru minta keringanan hukuman yang
dijatuhkan kepadanya. Apa artinya dokter-dokter itu melakukan mogok
kerja?? Lihat pasien-pasien yang diterlantarkan. Apa mereka harus mati
sebelum waktunya, sebelum ditangani oleh dokter. Ini sungguh sangat
egois, hanya mementingkan diri sendiri. Dengan meninggalkan pekerjaan
yang seharusnya segera ditangani. Seandainya hanya sebuah barang yang
harus diperbaiki, itu bisa ditunda dulu. Tidak seperti dengan manusia
yang harus segera diobati dan ditangani sesegera mungkin, mereka harus
kehilangan nyawa tanpa segera ditangani oleh dokter-dokter terkait.
Ingat, 1 nyawa yang Anda selamatkan, itu akan sangat berharga bagi orang
tersebut. Tidak ada yang akan menyelamatkan orang sakit tanpa seorang
jasa dokter, dan lebihnya hanya kepada Tuhan kita serahkan kita mau
sembuh atau tidak itu tergantung Rahasia Tuhan, yang penting kita sudah
berusaha semaksimal mungkin. Bekerjalah dengan hati nurani dan penuh
keikhlasan maka semuanya bisa berjalan dengan lancar.
Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial
Banyak juga
organisasi-organisasi untuk pelayanan sosial yang bertujuan untuk
membantu orang-orang yang kurang mampu, kurang sehat dan wadah untuk
membantu orang-orang yang teraniaya baik fisik maupun mental seseorang.
Bahan pokok
makanan semakin hari semakin mahal, namun kompensasi untuk warga miskin,
harus gigit jari. Gizi buruk untuk anak-anak bangsa ini semakin
meningkat, karena kekurangan gizi dan asupan makanan sehat. Jelas mereka
tak bisa mendapatkan makanan seperti itu, toh bahan pokok makanan yang
seharusnya dikonsumsi setiap hari sangat mahal. Mereka yang tinggal di
daerah pemukiman kumuh dan penuh dengan polusi dan sampah. Menjadi kan
mereka lebih gampang terserang penyakit. Pemerintah kita tak pernah
menangani permasalahan seperti itu. Pemberian bantuan pun hanya
setengah-setengah dan tidak merata ke seluruh pelosok tanah air.
Anak-anak jalanan, pengemis dan pemulung menjadikan bangsa ini terlihat
sangat menjijikan dan sangat tidak pantas mendapatkan Negara gelar
apapun apalagi harus bersaing dengan Negara-negara lain. Pemerintah
telah mengeluarkan undang-undang dan himbauan untuk seluruh warga
Indonesia jangan pernah memberikan sesuatu kepada pengemis dimanapun.
Nah, kenapa bukan pemerintah yang terjun langsung ke lapangan untuk
memberikan arahan dan santunan lalu memberikan mereka lapangan
pekerjaan. Tentu mereka tidak akan kembali menjadi pengemis jika hidup
mereka sejahtera.
Lalu
infrastruktur masih sangat jauh ketinggalan, jalan dan jembatan
seharusnya prioritas utama. Ini terlihat di pelosok-pelosok desa yang
membutuhkan perbaikan jalan agar sistem ekonomi bisa berjalan dengan
lancar. Dengan tujuan lebih memudahkan jalur pengangkutan barang-barang
dari desa ke kota, begitupun sebaliknya. Jangankan Jalan raya yang
jarang masuk ke desa-desa terpencil, listrik pun tak ada. Jadi selama
hidup mereka, hidup dalam kegelapan malam. Negara ini tidak akan menjadi
Negara maju kalau infrastrukturnya saja sangat memprihatinkan.
Lalu
pendidikan menjadi prioritas utama di segala aspek, namun apa daya
ketika di pelosok desa tidak memiliki sekolah. Yang ada cuman Sekolah
Dasar itupun kalau ada. Bagaimana dengan sekolah SMP dan SMA? Jadi
anak-anak setelah lulus SD mereka melanjutkan sekolah lanjutan yang
jaraknya sangat jauh dari rumahnya bisa ditempuh sampai berkilo-kilo
meter. Bahkan bisa sampai 5-10 km hal itu pun hanya ditempuh dengan
berjalan kaki pula. Ini fakta!! Perjalanan yang ditempuh pun melalui
pendakian, sungai bahkan jembatan yang hampir roboh. Sungguh
mencengangkan, anak-anak negeri kita ini harus menjalani kehidupan
mereka untuk mendapatkan pendidikan harus lebih menderita. Pembangunan
yang tidak merata menjadikan saudara-saudara kita mengalami banyak
sekali rintangan dan hambatan dalam hidupnya. Itu karena perhatian
pemerintah hanya bertuju pada daerah perkotaan karena dianggap sebagai
lahan bisnis dan kelancaran bisnis mereka. Ingat dan lihat di desa-desa
lah yang menghasilkan bahan pokok makanan, sandang dan papan. Tetapi
kenapa bukan itu yang seharusnya digarap untuk menghasilkan segala lahan
bisnis dan devisa Negara ini. Negara kita makmur dan penuh kekayaan
alam namun tak pernah digali menjadi kekayaan negara. Kenapa itu
terjadi? Karena pemerintah tidak pernah memandang penduduk desa dan
terjun langsung ke pelosok-pelosok desa tersebut untuk memberikan
jaminan kepada warganya agar lebih bisa menghasilkan dan memenuhi
kebutuhan hidup mereka dari hasil pengolahan pertanian dan peternakan
yang ada.
Tentang
ekonomi kreatif ini juga lebih banyak memberi peluang sebagai generasi
muda seperti kami. Kami hanya ingin diberi ruang khusus agar karya-karya
kami dihargai oleh orang lain dan diberi jaminan oleh Negara. Anak-anak
bangsa lebih banyak menghasilkan karya namun tak pernah dilirik oleh
pemerintah. Hingga karya-karya mereka hanya disimpan sebagai pajangan
semata, jika pun harus dipublikasikan. Orang lain akan dengan mudah
melakukan pembajakan oleh orang-orang tak bertanggung jawab dan tidak
menghargai karya orang lain. Yang paling banyak direalisasikan oleh
Negara ini hanya lebih berlatar dunia music yang katanya mendunia. Namun
masih banyak anak-anak negeri ini memiliki karya yang sangat
membanggakan. Seperti dalam dunia Networking, seperti Designer, Web
Master, Desain grafis, Fotografer, Penulis, Jurnalis, Robotika, Gamers,
Pelukis, Penari. Lalu dunia wisata, seperti tempat-tempat atau kawasan
wisata alam maupun museum peninggalan sejarah yang sangat bagus di
seluruh pelosok tanah air yang sangat berpotensi itu namun pemerintah
kurang memperdulikan dengan melakukan pemeliharaan, perawatan dan
mempromosikan. Padahal semua itu sangat membanggakan negeri ini jika
segala aspek tersebut terorganisasi dengan baik, hingga menjadi kekayaan
dan menghasilkan devisa Negara.
Lalu dengan
kesejahteraan sosial, ini menjadi perhatian pemerintah kita juga.
Kesenjangan yang terjadi di masyarakat sangat meresahkan kita semua.
Kalangan bawah sangat terhina jika mereka lebih banyak kekurangan lalu
kita semena-mena melakukan tindakan tak senonoh bagi mereka. Bagi mereka
yang memiliki harkat, martabat dan pangkat hargailah saudara-saudara
kita yang berada di bawah kita. Karena Anda kaya dan memiliki segalanya
lalu Anda akan menginjak-injak harga diri mereka. Seharus Anda berbagi,
bukan mencaci maki mereka. Meskipun mereka tidak memiliki apa-apa tapi
tekad dan hati nurani mereka tetap kuat.
Mereka-mereka
yang mengidap penyakit berbahaya justru mereka dikucilkan, bukannya
dibantu dan diberikan semangat hidup. Lalu mereka akan minder untuk
bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain. Mereka kurang mendapatkan
perhatian dari dunia kesehatan karena tergolong kurang mampu, seperti
yang sebelumnya saya bahas diatas.
Seharusnya
setiap desa di data penduduknya secara langsung oleh oknum terkait,
mengenai keluarga miskin lalu diberi kompensasi dan jaminan setiap
bulannya dari pemerintah. Apalagi mereka yang sudah lanjut usia yang
hanya tinggal sendiri sebatang kara. Kita tau kalau orang sudah lanjut
usia berdiri dan jalan pun tak mampu lagi apalagi harus bekerja
sendirian. Lalu mereka mendapatkan penghasilan dari mana untuk membiayai
hidup mereka? Ini sangat banyak di daerah pedesaan, ada yang ditinggal
jauh dengan keluarga lain atau bahkan yang tak memiliki keluarga sama
sekali. Saya, sangat mengharapkan pemerintah memberikan tanggungan
kepada para lansia ini, yang sangat membutuhkan uluran tangan kita.
Hukum
Hukum di
Indonesia masih jauh tertinggal dibanding dengan Negara – Negara lain di
dunia. Sistem hukum sangat tidak berjalan dengan apa yang dicantumkan
oleh undang – undang. Dalam hukum pidana dan perdata memang berkaitan
cukup erat dan sesuai apa yang dilakukan oleh para penegak hukum, namun
tak berjalan sesuai harapan kami. Terkadang ada campur tangan oleh pihak
– pihak terkait di dalamnya. Sehingga hukuman yang harus dijalani
terbilang sangat singkat padahal sangat sesuai hukuman dengan tindakan
yang telah diperbuat. Lihat saja para koruptor di dunia politik saat
ini, yang ketahuan lalu didakwa namun tak seimbang hukuman yang
dijatuhkan kepadanya. Misalnya menghabiskan uang Negara sebanyak 1 M,
namun hukuman yang dijatuhkan maksimal 5 – 7 tahun penjara. Di saat
dijatukan hukuman ternyata hanya 2 tahun saja. Sungguh ironis!! Seperti
kasus seorang pencuri hanya untuk makan, di dakwa 1 tahun penjara
sebanding dengan seorang pejabat yang korup Rp. 600 juta, juga di dakwa 1
tahun saja. Nah, dimana sisi keadilan, sistem hukum kita ini? Pencuri
hak milik Negara tersebut hanya diabaikan bahkan di santuni sekalipun
oleh pihak – pihak tertentu. Bayangkan saja, biaya Negara sebanyak 1 M
itu, sangat berharga untuk mengoperasikan dana keperluan Negara dan
masyakat Indonesia pada umumnya. Kita kehilangan dana sebanyak itu dan
itu terbilang sangat tidak sedikit bila dipergunakan dengan semestinya.
Pejabat – pejabat yang di upah sangat tinggi dan cukup untuk biaya hidup
mereka, tapi tetap hanya mengejar kemewahan dan kepuasaan. Memiliki
rumah mewah dan kendaraan banyak, namun harta haram yang digunakan. Dosa
mereka akan dibawa sampai matipun. Bahkan kemewahan itu tiba – tiba
lenyap seketika. Ingat, benda dari hasil perbuatan haram tak akan pernah
kekal bersamamu.
Kembali lagi
pada hukum yang diberlakukan kepada orang miskin dengan orang kaya itu,
sangat jauh perbedaannya. Bila Orang kaya di penjara akan sangat
dilayani lalu hukuman yang dijatuhkan terlalu singkat. Lalu tak
sebanding dengan perbuatannya. Sedangkan orang miskin dijatuhi hukuman
itu sangat menyedihkan dikucilkan lalu tak diberi pelayanan baik seperti
orang kaya, lalu hukuman yang dijatuhkan sangat lama, namun tak
sebanding dengan apa yang telah diperbuatnya. Saya, jadi ingat kisah ada
seorang nenek miskin yang hanya mencuri singkong karena kelaparan, lalu
pemiliknya marah lalu melaporkannya. Hingga nenek tersebut dijatuhi
hukuman 10 tahun penjara. Bandingkan orang miskin yang mencuri singkong
yang mungkin hanya bisa di nilai dengan Rp. 20.000 saja, lalu kita
menjatuhkan hukuman seperti itu. Sedangkan koruptor dengan nilai 1
Milyar hanya 2 tahun penjara saja. Dimana letak kesalahan para penegak
hukum kita di Indonesia ini?? Yah, tentu kesenjangan antara orang kaya
dan orang miskin yang sangat terlalu jauh perbedaannya. Orang kaya di
nilai lebih berharga dari segalanya namun tak berperasaan dan tak
memiliki hati. Beginilah intinya hukum di Indonesia ini adalah orang
bersalah lebih dibela karena lebih memiliki banyak uang untuk menutupi
kejahatannya, lalu orang tak bersalah tak ada yang memihaknya karena
buat apa dilakukan pembelaan jikalau tak ada uang sebagai jaminan.
Kebenaran memang sangat sulit ditegakkan, kebenaran memang sangat sulit
kita dapatkan. Karena dengan sadar dan sengaja orang-orang akan berlomba
– lomba mencari kebenaran untuk menutupi kesalahannya.
Realisme Agama
Saya heran
kenapa semakin banyak saja aliran-aliran sesat yang muncul dipermukaan.
Meng-ataskan namakan bagian dari agama mayoritas, seperti ISLAM. Muncul
dengan mengakui dirinya sebagai Nabi-lah, atau apalah itu. Melakukan
ritual-ritual meng-ataskan namakan agama pula. Mengapa pandangan mereka
bisa berubah dalam sekejap mata. Nah, kasus-kasus yang banyak terjadi
pula. Saya sebagai sesama Muslim, sungguh sangat prihatin terhadap
anak-anak generasi kita ini, baik dalam dunia pendidikan formal maupun
dalam dunia keagamaan. Yang sungguh realisasi keagamaan di dalamnya
sungguh sangat kental. Tapi, kenapa ada seperti gurunya atau guru
ngajinya tegah berbuat dosa (maaf = memperkosa anak muridnya sendiri).
Lah, di manakah akidah yang sudah di tanamkan kepada murid-muridnya itu.
Sesungguhnya, mereka memberikan ilmu yang sangat bermanfaat, tapi
justru memberikan contoh buruk seumur hidup bagi anak-anak kita.
Lalu, dalam kasus “Car Free Day”,
Dugaan aksi kristenisasi terselubung, yang mencoba meracuni akidah bagi
saudara-saudara kita semuslim, mereka mencoba menggunakan teknik secara
halus, agar tak mudah diketahui, para pelaku melakukan dengan anggapan
aktivitas sosial dengan tema kebangsaan sebagai alasan utama, mereka
memberikan bingkisan-bingkisan yang berupa symbol keagamaan mereka,
bunga, brosur, atau bingkisan makanan kecil sebagai ungkapan untuk
menarik perhatian. Mereka lalu mengincar anak-anak, remaja hingga lanjut
usia. Menurut pemberitaan secara media massa, ini kurang paham juga,
apakah sebenarnya benar yang dilakukan mereka, atau hanya sebatas
memprovokasi para antisipan bagi kinerja pemerintahan yang baru. Tapi,
kasus tersebut patut di waspadai juga, jangan sampai terjadi pada diri
kita. Mengajak lalu membuat diri kita, larut dalam kepercayaan dan
keyakinan mereka. Tentu dengan Iman yang kuat dan akhlak yang harus
dipermantap, jangan mudah terpengaruhi dengan ajakan berbagai organisasi
yang tidak jelas asal usulnya. Penyiaran agama tidak dibenarkan
terhadap orang yang telah memeluk agama lain. Ini sangat bertentangan
dengan hukum. Dengan cara mengajak dengan menggunakan bujukan dengan
atau tanpa pemberian barang, uang, pakaian, makanan atau minuman,
pengobatan, obat-obatan dan bentuk-bentuk apapun lainnya agar orang atau
kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama yang lain berpindah
dan memeluk/ agama yang disiarkan tersebut. Menyebarkan pamphlet,
majalah, bulletin, buku-buku dan bentuk-bentuk barang penerbitan cetakan
lainnya kepada orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut
agama yang lain. Melakukan kunjungan dan rumah ke rumah umat yang telah
memeluk/menganut agama yang lain. Aturan Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri No. 1 tahun 1979, bab III, tentang tata cara pelaksanaan
penyiaran Agama pasal 3 dan 4.
Remaja dan Narkoba
Pemerintah
tak akan pernah tau dengan segala aktivitas warganya, melihat dan
memilah-milah segala kegiatan anak-anak remaja kita, yang bisa sangat
berdampak buruk bagi masa depan mereka. Anak-anak yang putus sekolah,
mereka hanya bisa nongkrong di tempat mangkal mereka. Bergaul dengan
dengan teman-teman yang bisa menjerumuskan mereka ke ajaran sesat.
Kebanyakan remaja dan pemuda-pemuda yang pada awal hanya berpesta
kecil-kecilan, kemudian pesta-pesta besar, nyabu bersama, minuman
alcohol bersama sampai pesta narkoba. Nah, dimana letak kesalahan para
remaja kita yang mudah terjerumus ke dalamnya. Tentu dengan sindikat
coba-coba lalu kemudian ketagihan. Lalu mereka keluar dari lingkarnya
mencari sindikat-sindikat Bandar narkoba yang terselubung dan
tersembunyi. Bahkan kini mulai merambah ke pelosok desa, bukan hanya di
perkotaan saja. Mengintari kaum remaja yang yang putus sekolah dan tidak
kegiatan positif yang mereka bisa lakukan. Ini lah yang harus kita gali
sejauh mungkin, dimana kah mereka bisa mendapatkan jenis barang narkoba
tersebut. Ya, tentu pemerintah harus mengambil tindakan tegas bagi
sindikat penyebar bandarnya sampai ke akar-akarnya. Tentu pemasaran
jelas tersembunyi dari jarak yang cukup jauh, lalu bagaimana mereka bisa
lolos dari setiap pemeriksaan yang ada di setiap pintu biro perjalanan.
Ini lah kurangnya, pengamanan yang sangat ketat bagi aparat kepolisian
yang harus mencari dan melibatkan para anggota-anggotanya ke seluruh
pelosok tanah air. Bahkan Bandar besar kita bisa mendapatkan di daerah
pedesaan yang tentunya mereka lebih aman dari pemantauan penyelidik.
Mereka lebih mudah menyembunyikan barang tersebut lalu para pelakunya
lebih susah di kenali. Maka dari itu, perlunya pertahanan ketat bagi
kepolisian. Lalu masyarakat pada umumnya, seharusnya melaporkan sesegera
mungkin, apabila ada yang melihat dan mengetahui pengguna dan pengedar
yang berkeliaran dan meresahkan masyarakat. Kenapa justru harus
menyembunyikan perilaku mereka, khususnya para orang tua yang takut
anak-anaknya ditangkap. Ingat, lebih baik kita melaporkannya daripada
membiarkan mereka menjadi rusak akibat mengkonsumsi narkoba. Tidak ada
kan orang tua yang mau anaknya menjadi korban narkoba tersebut? Lebih
baik bertindak sebelum terlambat menjadi lebih korban-korban
selanjutnya.
Kemudian
tidak ada tindak lanjut bagi warung-warung kecil di daerah pedesaan yang
bebas menjual minuman keras berkadar alkohol tinggi. Kok, bisa lolos
begitu saja, disaat pemeriksaan dalam setiap pemasaran kepada konsumen.
Ini akan sangat mudah di jumpai di tempat-tempat wisata, berhamburan
botol-botol minuman keras yang sudah pecah-pecah. Berarti remaja,
pemuda, anak sekolah sudah berani mengkonsumsi barang minuman keras
tersebut, ketika mereka nongkrong di tempat-tempat tersembunyi. Karena
kurangnya pengamanan yang di daerah-daerah pedesaan. Lalu warung yang
tidak memiliki ijin penjualan, ini wajib di kenakan sanksi berat karena
dapat merusak generasi anak-anak penerus bangsa ini.
Teknologi Informasi
Seperti kasus-kasus cyber crime
di berbagai media sosial yang dengan mudahnya mereka melakukan
penghinaan dan pencemaran nama baik. Inilah jika orang-orang
berinteraksi di dunia internet, yang tak bertanggung jawab dengan
menyalahgunakan kecanggihan teknologi saat ini. Maka pintar-pintarnya
kita mengendalikan dalam mengekspresikan diri kita dalam memposting
tulisan di setiap jejaring sosial baik menghina, menyebar fitnah, dan
sebagainya bisa terancam penjara. Maka hukum harus ditegakkan
seadil-adilnya. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Seperti pepatah
“mulutmu harimau mu!!” maka lisan dan pikiran di pelihara dengan baik
sebelum mengeluarkannya.
Sama halnya
dengan sindikat penjualan traviking lewat jejaring sosial dengan begitu
mudahnya melakukan aksinya, hanya dengan sedikit tawaran-tawaran menarik
agar menjadi mudah mendapatkan mangsa. Ini sangat memprihatinkan,
khususnya bagi perempuan-perempuan muda mencari peluang bisnis
mendapatkan modal, namun hanya dengan seuntai iming-iming uang sebagai
modus pelaku. Penjualan manusia merambah ke dunia internet dengan
mudahnya. Karena pelaku lebih mudah memalsukan identitasnya, jadi tidak
mudah diketahui segala aktivitas yang mereka lakukan. Perlunya,
melakukan filter dan pemblokiran, jika ada yang mencurigakan dari setiap
akun yang melakukan berbagai transaksi yang ada. Ini perlunya, setiap
pemakai memakai IP Address dengan GPS, untuk memudahkan mengetahui
lokasi mereka yang melakukan setiap kejahatan di internet lalu ke dunia
luar.
Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
ReplyDeleteSITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
• AduQ
• BandarQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• FaceBook : @TaipanQQinfo
• WA :+62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
Come & Join Us!!